Sabtu, 03 September 2016

DERET VOKOID



DERET VOKOID DAN DIFTONG




Oleh:


ALDRYAN RICKY BUTAR-BUTAR
A 111 15 135




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
JURUSAN  PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan Puji Tuhan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai kajian fonologi khususnya Deret Vokal dan Diftong. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan kita semua.
           Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun , selalu diharapkan oleh penulis demi baiknya makalah ini.
            Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan semesta alam senantiasa menyertai tiap langkah kita segala usaha kita.




                                                                           Palu, 25 Maret 2016


Penulis




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang.
Deskripsi sistem bunyi suatu bahasa biasanya ditangani oleh ilmu fonologi, yaitu ilmu yang mengkaji tata bunyi suatu bahasa. Fonologi dianggap penting karena pada hakikatnya bahasa bersifat lisan. Bahasa adalah bunyi yang bermakna, kalau bunyi-bunyian yang kita ucapkan tidak bermakna, dapat dipastikan bukan bahasa.
Deskripsi fonologis suatu bahasa biasanya tidak mengabaikan masalah diftong dan deret vokal. Sangat kelewatan jika dua hal ini diabaikan. Dulu guru-guru bahasa Indonesia mengajarkan masalah diftong. Akan tetapi, masalah deret vokal tidak pernah dibahas. Jadi, tidak mengherankan jika waktu itu saya dan sangat mungkin juga para siswa lainnya tidak dapat memahami perbedaan antara diftong dan deret vokal. Kebingungan orang terhadap diftong dapat pahami karena definisi diftong sering tidak sama.                Ada pakar yang menganggap diftong sebagai dua vokal yang diucapkan dalam satu suku kata dengan kualitas pengucapan yang tidak sama. Di pihak lain, ada juga pakar yang menganggap diftong sebagai sebuah vokal yang warnanya atau kualitasnya berubah. Saya pribadi cenderung berpihak kepada definisi yang terakhir dengan alasan kita akan lebih mudah membedakannya dengan deret vokal, yaitu dua vokal yang diucapkan dengan tekanan yang sama dan tiap vokal tersebut tidak dalam suku kata yang sama. Dalam makalah ini penulis akan membahas penggunaan Deret Vokal dan Diftong dalam bahasa bahasa daerah penulis yaitu bahasa pekurehua dari kecamatan Lore Peore Kabupaten Poso (daerah napu).



BAB II
KAJIAN TEORI

2.1         Pengertian Diftong
              Konsep diftong  berkaitan dengan dua buah vokal dan yang merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Namun, posisi lidah ketika mengucapkan bergeser ke atas atau ke bawah.Karena itu, dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu diftong naik, diftong turun, dan diftong memusat.
              Diftong merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah.Jadi, jika kata sungai, galau ,dan koboi disukukatakan atau dipenggal, hasilnya tidak boleh su-nga-i, ga-la-u, dan ko-bo-i, melainkan su-ngai, ga-lau, dan ko-boi.Contoh kata lainnya yang mengandung diftong adalah kacau, bangau, balai, katai, semai, amboi, gurau, dan tupai.

2.2       Pengertian Deret Vokal
Deret vokal adalah dua vokal yang diucapkan dengan tekanan yang sama dan tiap vokalnya menjadi bagian suku kata yang berbeda. Berikut adalah kata-kata yang mengandung deretvokal: mau, tiup, daun, koi, dua, suap, beo, gaet,danpuasa. Dalam kata-kata itu terdapat bunyi-bunyi vokal yang berderet, yaitu /au/, /iu/, /oi/, /ua/, /eo/, dan /ae/.Tiap-tiap vocal dalam deret vocal diucapkan dengan tekanan yang seimbang dan hembusan nafas yang berbeda. Jika, kata-kata tersebut disukukatakan maka hasilnya adalah ma-u, ti-up, da-un, ko-i, du-a, su-ap, be-o, ga-et danpu-a-sa. Sebagai informasi, deret vocal seperti /eu/, /oe/, dan /ou/ tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Deret Vocal dan Diftong Dalam Bahasa Pekurehua


i
E
A
o
u
i
ii
Ie
Ia
io
iu
e
ei
Ee
Ea
eo
eu
a
ai
Ae
Aa
ao
au
o
oi
Oe
Oa
oo
ou
u
ui
Ue
Ua
uo
uu


·         ii :  -
·         ie : potie (telantarkan)
·         ia : iria (kepadanya), haukia(carikan), ia (dia)
·         io : io(iya), irio(kepadamu), mpiondo(kasihan)
·         iu : iumba(dimana), liu(lewat)
·         ee : -
·         ei : sei(menolak), wei(beri), peita(lihat)
·         ea : pea(saja), meawa(berawan), andea(nasi)
·         eo : kabeo(kiri), mokeo(berkeok), peore(tanah peore)
·         eu : meunde(menyukai), meula(mengikuti), meuba(menggendong)
·         aa : -
·         ai : pahai(pukul), owai(air), ngkai(kami)
·         ae : tosae(orang tua), pekakae(berdoa), maeta(hitam)
·         ao : karao(jauh), lao(pergi), molumao(berjalan)
·         au : au(yang), hauki(cari), baula(kerbau)
·         oo : -
·         oi : doi(uang), kokoi(kecil), mendoi(mandi)
·         oe : soe(sial), boe(babi), toe(tending ke atas)
·         oa : kahopoa(kesudahan), roa(bangun), poliloa(perjalanan)
·         ou : sou(rumah), tou(betul), dohou(mereka)
·         uu : -
·         ui : pahurui(gantikan), hui(kaget), kuisa(kutahu)
·         ue : Pue(Tuhan), betue(bintang), katue(kerang)
·         ua : totua(nenek/kakek), wuasa(mangga), hambua(sebuah)
·         uo : uo(sayur uo), tuo(hidup),
























BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Pada pembahasan di atas membahas tentang fonologi khususnya Deret Vokal dan Diftong dalam bahasa Pekurehua.














DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar