DERET VOKOID DAN DIFTONG
Oleh:
ALDRYAN RICKY BUTAR-BUTAR
A 111 15 135
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dan Puji Tuhan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
mengenai kajian fonologi khususnya Deret Vokal dan Diftong. Diharapkan makalah ini dapat menambah
wawasan pengetahuan kita semua.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun , selalu diharapkan oleh penulis demi baiknya makalah
ini.
Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan semesta
alam senantiasa menyertai tiap langkah kita segala usaha kita.
Palu,
25 Maret 2016
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.
Deskripsi sistem bunyi suatu bahasa biasanya ditangani oleh ilmu
fonologi, yaitu ilmu yang mengkaji tata bunyi suatu bahasa. Fonologi dianggap penting karena pada hakikatnya bahasa bersifat lisan. Bahasa adalah bunyi yang bermakna, kalau bunyi-bunyian yang kita ucapkan tidak bermakna, dapat
dipastikan bukan bahasa.
Deskripsi
fonologis suatu bahasa biasanya tidak mengabaikan masalah diftong dan deret
vokal. Sangat kelewatan jika dua hal ini diabaikan.
Dulu guru-guru
bahasa Indonesia mengajarkan masalah diftong. Akan tetapi, masalah deret
vokal tidak pernah dibahas. Jadi, tidak mengherankan jika waktu itu saya dan
sangat mungkin juga para siswa lainnya tidak dapat memahami perbedaan antara
diftong dan deret vokal. Kebingungan
orang terhadap diftong dapat pahami karena definisi diftong sering tidak sama. Ada
pakar yang menganggap diftong sebagai dua vokal yang diucapkan dalam satu
suku kata dengan kualitas pengucapan yang tidak sama. Di pihak lain, ada juga
pakar yang menganggap diftong sebagai sebuah vokal yang warnanya atau
kualitasnya berubah. Saya pribadi cenderung berpihak kepada definisi yang
terakhir dengan alasan kita akan lebih mudah membedakannya dengan deret vokal,
yaitu dua vokal yang diucapkan dengan tekanan yang sama dan tiap vokal
tersebut tidak dalam suku kata yang sama. Dalam
makalah ini penulis akan membahas penggunaan Deret Vokal dan Diftong dalam
bahasa bahasa daerah penulis yaitu bahasa pekurehua dari kecamatan Lore Peore
Kabupaten Poso (daerah napu).
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian
Diftong
Konsep
diftong berkaitan dengan dua buah vokal
dan yang merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Namun, posisi lidah ketika
mengucapkan bergeser ke atas atau ke bawah.Karena itu, dikenal adanya tiga macam
diftong, yaitu diftong naik, diftong turun, dan diftong memusat.
Diftong
merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah.Jadi, jika kata sungai,
galau ,dan koboi disukukatakan atau dipenggal, hasilnya tidak boleh su-nga-i,
ga-la-u, dan ko-bo-i, melainkan su-ngai, ga-lau, dan ko-boi.Contoh
kata lainnya yang mengandung diftong adalah kacau, bangau, balai, katai,
semai, amboi, gurau, dan tupai.
2.2 Pengertian Deret Vokal
Deret vokal adalah dua vokal yang diucapkan dengan
tekanan yang sama dan tiap vokalnya menjadi bagian suku kata yang berbeda.
Berikut adalah kata-kata yang mengandung deretvokal: mau, tiup, daun, koi,
dua, suap, beo, gaet,danpuasa. Dalam kata-kata itu terdapat
bunyi-bunyi vokal yang berderet, yaitu /au/, /iu/, /oi/, /ua/, /eo/, dan /ae/.Tiap-tiap
vocal dalam deret vocal diucapkan dengan tekanan yang seimbang dan hembusan
nafas yang berbeda. Jika, kata-kata tersebut disukukatakan maka hasilnya adalah
ma-u, ti-up, da-un, ko-i, du-a, su-ap, be-o, ga-et danpu-a-sa.
Sebagai informasi, deret vocal seperti /eu/, /oe/, dan /ou/ tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Deret Vocal dan Diftong Dalam Bahasa
Pekurehua
i
|
E
|
A
|
o
|
u
|
|
i
|
ii
|
Ie
|
Ia
|
io
|
iu
|
e
|
ei
|
Ee
|
Ea
|
eo
|
eu
|
a
|
ai
|
Ae
|
Aa
|
ao
|
au
|
o
|
oi
|
Oe
|
Oa
|
oo
|
ou
|
u
|
ui
|
Ue
|
Ua
|
uo
|
uu
|
·
ii : -
·
ie : potie
(telantarkan)
·
ia : iria (kepadanya),
haukia(carikan), ia (dia)
·
io : io(iya),
irio(kepadamu), mpiondo(kasihan)
·
iu : iumba(dimana),
liu(lewat)
·
ee : -
·
ei : sei(menolak),
wei(beri), peita(lihat)
·
ea : pea(saja),
meawa(berawan), andea(nasi)
·
eo : kabeo(kiri),
mokeo(berkeok), peore(tanah peore)
·
eu : meunde(menyukai),
meula(mengikuti), meuba(menggendong)
·
aa : -
·
ai : pahai(pukul),
owai(air), ngkai(kami)
·
ae : tosae(orang tua),
pekakae(berdoa), maeta(hitam)
·
ao : karao(jauh),
lao(pergi), molumao(berjalan)
·
au : au(yang),
hauki(cari), baula(kerbau)
·
oo : -
·
oi : doi(uang),
kokoi(kecil), mendoi(mandi)
·
oe : soe(sial),
boe(babi), toe(tending ke atas)
·
oa :
kahopoa(kesudahan), roa(bangun), poliloa(perjalanan)
·
ou : sou(rumah),
tou(betul), dohou(mereka)
·
uu : -
·
ui : pahurui(gantikan),
hui(kaget), kuisa(kutahu)
·
ue : Pue(Tuhan), betue(bintang),
katue(kerang)
·
ua :
totua(nenek/kakek), wuasa(mangga), hambua(sebuah)
·
uo : uo(sayur uo),
tuo(hidup),
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.Istilah fonem
dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional,
artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Pada pembahasan di atas membahas tentang fonologi khususnya Deret Vokal dan
Diftong dalam bahasa Pekurehua.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar